Sejak pendidikan menjadi komoditi yang diperdagangkan dan lembaga pendidikan beralih fungsi dari lembaga sosial menjadi lembaga komersial, pendidikan – apalagi pendidikan bermutu – semakin jauh dari jangkauan kelompok miskin. Kian mahalnya biaya pendidikan membuat keluarga miskin seringkali harus menyerah betapapun anak-anak mereka berprestasi. Bahkan sekadar bermimpi dapat menyekolahkan anak hanya setingkat SMA saja mereka tak berani lagi. Anak-anak pun mereka paksa untuk menanggalkan mimpi sejak dini.
Ada anak lulusan SMP yang berprestasi – bahkan pernah
mengikuti olimpiade sains di daerahnya – terpaksa menjadi TKI karena orang tua
tak mampu lagi membiayai pendidikannya. Ada
lagi anak dari keluarga miskin yang nekat mengikuti tes dan diterima di
perguruan tinggi negeri terpaksa mengundurkan diri karena bapaknya yang hanya
buruh tani tak mampu membiayai. Rasa frustasi mendorongnya lari ke luar negeri
menjadi TKI.