Oleh Sri Palupi
Terhadap tuduhan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD terkait mafia
narkoba yang merambah Istana, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi
menegaskan, pihak Istana sangat keberatan dan merasa terhina.
Rasa terhina yang dipersoalkan Sudi Silalahi ini membuat saya berpikir,
pihak Istana benar-benar keterlaluan. Mereka hanya peduli pada citranya
sendiri.
Ketika rakyat direndahkan, dilecehkan, dijual murah, ditembaki, diculik,
dan diambil organ tubuhnya, serta diperkosa berulang kali oleh pihak-pihak di
luar negeri, pihak Istana tidak merasa terhina. Sampai sekarang mereka tetap
bungkam.
Rupanya derita dan penghinaan rakyat oleh pihak-pihak di negara lain
bukan prioritas Istana. Berulang kali pihak Istana menegaskan bahwa presiden
tidak harus turun tangan untuk semua persoalan. Alasannya, sudah ada menteri
yang mengurusi. Sementara itu, saya mencatat, presiden lebih banyak turun
tangan untuk hal-hal yang menyangkut pujian, penghargaan, seremoni, dan
berbagai urusan yang mendukung pencitraan Istana.
Kalaupun presiden turun tangan atas persoalan rakyat, itu terjadi karena
tekanan massa. Jangankan merasa terhina terhadap penghinaan yang diderita
rakyat, pihak Istana bahkan secara sistematis menghina rakyat dengan berbagai
kebijakan dan kebungkamannya.
Untuk Hari Ini
Babu Negara
Olkes Dadilado
Education21
Rairo
Geworfenheit
Kodrat Bergerak
Chi Yin
aha!
John's blog
ambar
andreas harsono
bibip
Space & (Indonesian) Society
dreamy gamer
sundayz
wadehel
rudy rushady
Timor Merdeka
G M
Karena Setiap Kata adalah Doa
Sarapan Ekonomi
wisat
Adhi-RACA