13 February 2009

Cirebon – Jakarta

Ahmad Budi Prayoga

Untuk salah seorang klien LBH Jakarta, 11 September 2007

Kucari keadilan sementara aku ingin bahagiakan emakku
yang di rumah tak sanggup lagi mencari nasi untuk adik-adikku
Kucari keadilan dengan kukayuh sepeda

Dari Cirebon ke Jakarta

Kucari keadilan meski kaki kiriku sejak kecil berteman dengan polio
Kucari keadilan agar aku bisa mendapatkan kerja

Tunggulah mak, sampai aku pasti dapatkan kerja
Lulus STM sepertiku masihkah mungkin menyambung lambung
Sementara tiap kali kuterima jawaban: “Tak ada lowongan."
Tak perlu lagi kautanyakan kemiskinan pada jasad ini

Kucari keadilan demi keadilan sesuap nasi untuk diriku dan keluargaku
Ijazah sekolah seperti surat kematian dalam genggaman
Diperolok merek-merek mewah di jalanan yang kulewati

Dari Cirebon ke Jakarta

Katanya hak asasi dikenal di kota metropolitan itu
Tapi dari yang kubaca di koran, banyak buruh dipehaka, ijazah dipalsukan
sementara kulihat anak-anak sekolah metropolitan bergelantungan di sudut-sudut remang diskotik

Dari Cirebon ke Jakarta

Pendidikan justru memiskinpapakan manusia
Mungkin hanya orang sepertiku yang tak diinginkan dalam rahim pertiwi negeri ini

Dari Cirebon ke Jakarta

Nasibku sereyot sepeda pancal yang kukayuh
Sementara ban sepedaku terus tak mengangkat roda nasib diriku

Dari Cirebon ke Jakarta
Tak henti aku di sini

Read More...

04 February 2009

Percayakah Anda pada hak asasi manusia?

Belum lama ini ada pembaca blog kami memberikan komentar secara tak bernama tentang benarkah kekerasan telah sungguh-sungguh terjadi di Jakarta. Lihat posting kami yang lalu, Mei 2007. Komentar itu terbit di halaman Inggris blog ini tapi telah kami gantung karena alasan kepraktisan dalam membaca. Berikut kutipannya:

That's very harsh & pitying...
But do u have any proof that this happened to them? One person gathering data is not enough to support this idea... It may be biased...

And who are u? Why do u care?
Jika ditanyakan apakah kami memiliki bukti-bukti atas seringnya peristiwa kekerasan terjadi di Jakarta terhadap orang-orang miskin, kami jawab: Ada. Tapi kami perlu menatanya terlebih dahulu. Kami tegaskan lagi bahwa data tentang kekerasan itu berasal dari laporan kontak-kontak jaringan dari organisasi Jakarta Center for Street Children (JCSC) yang memiliki belasan kontak komunitas kaum miskin di Jakarta. Mereka bekerja di lima wilayah kota di seluruh DKI.

Dari laporan mereka pada bulan Mei 2007 didapatkan catatan sebanyak 85 responden yang pada umumnya mewakili suatu peristiwa kekerasan yang telah menimpa orang miskin Jakarta. Diperkirakan berdasarkan laporan media massa berbasis di Jakarta, setiap (unit) peristiwa kekerasan yang terjadai berdampak terhadap nasib hidup warga sejumlah antara 300 s.d. 400 orang. Dapat dihitung berapa jumlah orang miskin yang menderita.

Sementara itu, data dari pemerintah, dari sensus nasional 2006, menyatakan bahwa jumlah orang miskin di Jakarta mencapai lebih dari 600.000 jiwa. Pertanyaannya: Apakah laporan JCSC itu, yang berbasis dari sejumlah sekitar 30.000 orang korban kekerasan, tidak dapat dikatakan mewakili kenyataan yang sesungguhnya? Tentunya tidak dapat dikatakan seluruhnya tak mewakili klaim totalitas orang miskin dan kemiskinan di Jakarta. Barangkali data ini tak perlu dipakai jika kita hendak menekankan sisi kemerataannya di seluruh wilayah Jakarta.

Dari sisi lain, bagaimana pun kemiskinan adalah fakta struktural yang memiliki banyak dimensi, yang sangat mungkin bisa saling bertentangan satu lain. Tetapi semestinya hal ini bukanlah alasan untuk tidak mengungkap kenyataan yang sangat mengganggu hati nurani yaitu kekerasan yang tak dapat diragukan tuntutan nilai moralnya. Kekerasan terhadap manusia, tak peduli siapa dia, entah kaya atau miskin, perempuan atau laki-laki, tidak dapat dibenarkan berdasarkan penghargaan kita pada martabat manusia. Kami bekerja untuk memajukan hak-hak asasi terutama di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Bagaimana pendapat Anda? Percayakah Anda pada hak asasi manusia?

Read More...