Sejak pendidikan menjadi komoditi yang diperdagangkan dan lembaga
pendidikan beralih fungsi dari lembaga sosial menjadi lembaga komersial,
pendidikan – apalagi pendidikan bermutu – semakin jauh dari jangkauan kelompok
miskin. Kian mahalnya biaya pendidikan membuat keluarga miskin seringkali harus
menyerah betapapun anak-anak mereka berprestasi. Bahkan sekadar bermimpi dapat menyekolahkan anak hanya setingkat
SMA saja mereka tak berani lagi. Anak-anak pun mereka paksa untuk menanggalkan mimpi sejak dini.
14 October 2011
Anu Beta Tubat: Pelajaran dari Maybrat
Diposting oleh chelluz di 10:16 PM 0 komentar
“Kalau Bukan Kami Siapa Lagi?”: Kisah Guru SD di Pedalaman
Antonia Korain |
Diposting oleh chelluz di 10:02 PM 0 komentar
04 October 2011
SURAT TERBUKA
Untuk DIREKTUR SOEGENG SARJADI SCHOOL OF GOVERNMENT
Tentang
PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP PEMBERIAN PENGHARGAAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK ATAU AWARD ON GOOD GOVERNANCE DARI
SOEGENG SARJADI SCHOOL OF GOVERNMENT (SSSG)
Pada BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BNP2TKI)
Kepada
Yth. Direktur Eksekutif
Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG)
Di Jakarta
Dengan hormat,
Sebagaimana diketahui, pada peringatan dua tahun peringatan Sekolah Kepemerintahan Soegeng Sarjadi (Soegeng Sarjadi School of Government) dan peringatan hari Konstitusi UUD 1945 ke-66 tanggal 18 Agustus 2011, Soegeng Sarjadi School of Government telah memberikan penghargaan tata kelola pemerintahan yang baik atau award on good governance pada lembaga BNP2TKI. Penghargaan yang diberikan pada BNP2TKI adalah penghargaan untuk kategori “memberikan respon publik yang cepat dan tercapainya akuntabilitas” (public responsiveness and accountability).
Diposting oleh chelluz di 4:31 PM 0 komentar
Sekolah Dasar di Pedalaman Papua: Mereka Butuh Dukungan Kita
Seorang guru SMA di Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat, terpaksa menghentikan pelajaran yang baru saja dimulainya. Sakit kepala berat tiba-tiba saja menyerangnya, setelah ia menunjuk beberapa muridnya untuk membaca. Segera ia tinggalkan kelas, masuk ke ruang guru dan menelan dua tablet obat sakit kepala. Ia begitu shock ketika menghadapi kenyataan, muridnya belum lancar membaca. Hari itu adalah hari pertamanya mengajar di Papua.
Kalau pada tingkat SMA saja masih ada murid yang belum lancar membaca, tentulah di tingkat SMP lebih banyak lagi siswa yang belum lancar membaca. Rupanya beban mengajar para guru SMP di Papua tidaklah ringan. Buruknya kondisi pelayanan pendidikan dasar di Papua memaksa mereka untuk mengambil sebagian besar tanggung jawab yang harusnya diemban oleh para guru SD, yaitu membuat anak-anak lancar membaca.
Beratnya beban guru membuat para guru SMP juga tidak tuntas dalam menyelesaikan masalah yang ditinggalkan para guru SD. Tidak ada pilihan bagi para guru SMP selain menyerahkan sisa masalah itu kepada guru SMA. Artinya, meskipun siswa di SMP-nya belum lancar membaca, mereka tetap saja melepaskan siswanya untuk melanjutkan pendidikan ke SMA.
Diposting oleh chelluz di 3:15 PM 1 komentar
Untuk Hari Ini
Babu Negara
Olkes Dadilado
Education21
Rairo
Geworfenheit
Kodrat Bergerak
Chi Yin
aha!
John's blog
ambar
andreas harsono
bibip
Space & (Indonesian) Society
dreamy gamer
sundayz
wadehel
rudy rushady
Timor Merdeka
G M
Karena Setiap Kata adalah Doa
Sarapan Ekonomi
wisat
Adhi-RACA