Busung lapar di Nusa Tenggara Timur barangkali sudah dapat dikatakan bukan hanya menjadi keprihatinan di provinsi itu, tapi keprihatinan nasional. Namun sikap para elit setempat tampaknya tak banyak berubah. Mereka hampir-hampir dapat dikatakan “tak peduli, pokoknya proyek jalan terus.”
Anggota tim peneliti dari Institute for Ecosoc Rights, Yan Koli Bau dari Kupang, menghadiri acara rapat koordinasi para bupati di Nusa Tenggara Timur, 8 Juni 2003, di aula El Tari, ibukota NTT, dan melaporkan perkembangan penanganan busung lapar di provinsi yang katanya dikenal miskin sumberdaya alam itu.
BANYAK desa atau posyandu tak terjangkau oleh petugas pemerintah sehingga data tak diambil, alias laporan dan usulan kabupaten itu hanya diprediksikan saja. Mungkin karena medannya berat atau karena musim hujan atau mungkin karena petugas malas.
Tak ada koordinasi antara kecamatan, puskesmas, Dinkes Kabupaten, LSM. Akibatnya, banyak data yang tercecer bahkan ada begitu banyak kegiatan LSM yang tak diketahui oleh Dinkes kabupaten. Maka perlu cari tahu darimana data Kadinkes Propinsi diambil?
Lebih parah lagi, sejak dua tahun lalu Kepala Dinas Kesehatan Propinsi NTT berstatus tersangka dan sempat ditahan di penjara Penfui, Kupang, selama 20 hari. Ia mengalami stress berat karena tersangkut korupsi dana pengadaan sarana kesehatan (Sarkes) senilai Rp15 milyar. Bagaimana kadinkes dapat bekerja dengan baik dan mencapai hasil seperti yang dilaporkan?
Selama masih berstatus tersangka dan “mantan” tahanan polisi, Gubernur NTT memberi kesempatan kepada yang bersangkutan untuk melanjutkan studi S2 (konon di Boston). Bagaimana kadinkes dapat bekerja, antara menghadapi tuntutan jaksa dalam status tersangka -tahanan polisi, studi S2 di Boston dan melakukan tugas dengan hasil yang dilaporkan?
ACARA ini sendiri sebenarnya sudah direncanakan agak lama tapi selalu tertunda tanpa alasan jelas. Semula dijadualkan 6 Juni namun entah karena apa ditunda mendadak jadi 12 Juni 2006. Tiba-tiba, di luar dugaan 8 Juni pagi saya ditelepon seorang pejabat Propinsi NTT yang mengatakan bahwa acara yang sudah ditunda itu dimajukan dan malah waktu itu sedang akan dibuka oleh Gubernur NTT.
Bergegas saya meninggalkan pekerjaan dan datang ke aula El Tari. Acara dimulai sekitar 09.00-12.00. Dihadiri oleh Sekretaris Menkokesra dan rombongan, Dirjen PUM Depdagri dan rombongan, Gubernur NTT dangan Kepala Dinas/Instansi terkait, Ketua DPRD NTT dan Pimpinan Komisi. Semua Bupati atau walikota di NTT dengan pimpinan instansi dan dinas-dinas terkait di tingkat propinsi, pimpinan DPRD masing-masing kabupaten atau kota, dan para jurnalis. Acara itu jadi terasa “sangat menarik” karena dimeriahkan oleh Kelompok Koor dari Pemda NTT.
Acara diawali dengan menyanyikan sekitar lima lagu daerah dan lagu pop oleh kelompok koor. Layaknya dalam acara lomba koor “pesparawi”, konser atau mantènan Jawa ala modern. Setelah itu Gubernur NTT memberi sambutan dan membuka acara secara resmi dan mempersilakan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi NTT menyampaikan paparan tentang kemajuan dan pelayanan publik di sektor kesehatan di NTT. Isinya persis sama dengan naskah yang sudah diperoleh.
Sungguh sayang, tak ada tanya-jawab dan tak ada yang bertanya. Padahal katanya banyak pihak menjadi pemantau program KLB dan busung lapar di NTT, termasuk wartawan Kompas dan radio El Shinta Jakarta.
Dalam acara ini ada beberapa kali komentar dan klarifikasi yang dilakukan Sekretaris Menkokesra menyangkut koordinasi lintas instansi mengenai pelaksaaan program jangka menengah dan jangka panjang KLB dan Busung Lapar serta usulan penanggulangan bencana alam dari kabupaten atau kota. Dirjen PUM Depdagri memberikan informasi mengenai koordinasi dan rencana kerja ke depan dalam menangani Otonomi Daerah yang cenderung tak efektif.
Acara ditutup sekitar pukul 12.00 setelah makan siang. Selebihnya Gubernur, para bupati dan walikota melakukan pertemuan tertutup dengan para pejabat dari Jakarta di Hotel Kristal. Tentu saja saya tak berhak mengikuti (maklum karena kali lalu saya tak mau jadi bupati .. ).
KEESOKAN harinya ketika saya sedang menguji mahasiswa, ada telpon dari pejabat propinsi yang menghubungi saya sehari sebelumnya bahwa ada pertemuan dengan sekretaris Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) membicarakan pembangunan NTT tetapi saya tak hadir sebab pemberitahuan sangat mendadak dan saya sedang menguji mahasiswa-mahasiswa saya.
DEMIKIAN berita dari Kupang. Silakan menggugat, merenungkan tetapi jangan ditangisi dan sesali situasi serba tak peduli ini sebab airmata orang NTT sudah kering untuk menyertai Anda menangis.***
No comments:
Post a Comment