02 March 2007

Kehilangan adik. Kehilangan anak.

Di mana Halima? (1)

SHOLIHIN (34) tidak hanya pontang-panting dipingpong calo dan PJTKI. Polisi dengan kasar juga menolak pengaduannya. Sampai sekarang adiknya hilang di Malaysia. Dan tak pernah diketemukan lagi. Tak ada satu pihak pun yang berani bertanggung jawab atas hilangnya seorang TKI asal daerah Perkebunan Sentul Afdeling, Kongsi Tengah, Suci, Panti, Jember tersebut.

Kenyataan pahit ini terpaksa ia telan. Bermula saat adiknya, Halima, lulus dari bangku SMEA sembilan tahun yang lalu. Waktu itu Halima meminta ijin kepada ayahnya agar diperbolehkan bekerja di luar negeri. Ayahnya mendukung dan berusaha menemui orang yang bisa membantu Halima bekerja ke luar negeri.

Sampai akhirnya tahun 1997 ayahnya bertemu dengan Heri. Seorang calo yang tinggal di sebuah kompleks perumahan di daerah Mangli, Kaliwates, Jember. Halima dibawa sebagai calon TKI dan ditampung di rumah lelaki tersebut. Selama ditampung Halima sempat dikunjungi keluarganya sebanyak tiga kali. Pada kunjungan ketiga mereka tak sempat bertemu. Halima sudah diberangkatkan ke Jakarta.

Halima berada di Jakarta saat Sholihin memutuskan bekerja di Kalimantan. Tujuh bulan kemudian, lewat selembar surat Halima, Sholihin tahu bahwa adiknya baru akan diberangkatkan ke Malaysia. Lewat surat itu Halima minta dikirimi uang sebesar Rp30.000 lewat PT Syafika Jaya Utama, PJTKI yang memberangkatkannya. “Perusahaan terbatas” itu semula terlihat berkantor di pinggir kota Jember. Sekarang sudah tak akan ditemukan lagi.

Selama dua tahun Sholihin dan keluarganya menunggu-nunggu kedatangan Halima. Namun jangankan kedatangan Halima, kabarnya pun tak datang jua. Ketidakpastian ini mendorong lelaki yang bekerja sebagai buruh ini pulang ke Jember. Ia temui Heri di rumahnya untuk menanyakan kabar Halima. Menurut Heri, kemungkinan Halima memperpanjang kontrak lagi. Heri berhasil menenangkan kegelisahan Sholihin dengan menjelaskan bahwa “perpanjangan kontrak sudah biasa dilakukan anak-anak (muda) sekarang.”

Lega dengan jawaban Heri, Sholihin kembali ke Kalimantan untuk bekerja kembali. Tahun-tahun berikutnya tetap sama. Tak ada satu pun berita yang mengabarkan adiknya. Namun empat tahun menunggu tanpa sebuah kabar membuat lelaki berperawakan pendek dan hitam itu kembali mendatangi Heri.

Malam itu Heri tak ada di rumah. Paginya ia kembali datang dan baru bisa menemui Heri. Calo itu malah menyuruh Sholihin datang sendiri ke kantor PT Syafika Jaya Utama untuk menemui Mamad, orang yang mengurusi keberangkatan Halima di PJTKI tersebut.*

SIMAK KELANJUTANNYA: Bagaimana kelanjutan usaha Sholihin mencari adiknya yang hilang? Apakah Heri seorang calo yang bertanggung jawab? Tidakkah kita sudah gila mengandaikan seorang calo (bisa) bertanggungjawab? Siapakah Mamad? Apa alasan Mamad sampai tak mau ditemui sekalipun? Apakah ia juga hilang seperti Halima? Apakah semua ini bukan praktik jual beli manusia? --
Di mana Halima? (2) - Lalu apa tugas polisi?

Laporan investigasi awal dilakukan oleh
Mohammad Cholili dkk. dari Gerakan Buruh Migran Indonesia di Jember,
dan dikerjakan ulang oleh Sri Maryanti.

No comments:

Post a Comment