DUA jalan berdampingan, namun berakhir dengan dua pemandangan yang bertolak belakang. Yang satu jalan menuju ke sebuah apartemen tingkat menengah. Jalan satunya lagi menuju gubuk mirip kandang milik pemulung, kuli dan nelayan. Mereka begitu dekat. Hanya terpisah oleh kali berair hitam pekat. Dulu sebagian penghuni gubuk tersebut tinggal di lokasi dimana apartemen itu berdiri.
Begitulah keadaan dua jalan yang mengapit sungai dekat Jembatan Kalijodo, Teluk Gong, Jakarta Utara. Jalan di samping kanan sungai berupa aspal baru dan mulus. Jalan itu berakhir dengan sebuah hamparan apartemen yang hampir selesai dibangun. Sebaliknya, kalau menelusuri jalan sebelah kiri sungai kita akan melihat deretan gubuk-gubuk dari tenda di sela-sela semak dan kebun pisang.
Apartemen Teluk Intan menempati lahan seluas 2,3 hektar. PT Trika Bumi Pertiwi sebagai pengembang merencanakan akan membangun delapan tower setinggi 18 lantai. Apartemen ini tergolong apartemen tingkat menengah. Pintu masuk ke apartemen berupa sebuah gerbang besar di samping kanan jembatan Kalijodo.
Begitu apartemen itu mulai dibangun, maka tergusurlah gubuk-gubuk itu dan penghuninya. Mereka menyeberang kali dan membangun tenda di atas tanggul dan lahan tidur di sekitar kali. Sebagian memperoleh air dengan membeli dari pedagang keliling. Sebagian lagi hanya bisa memperoleh air dari bocoran air PAM. Sebanyak 15 keluarga hidup tanpa listrik.
Sejak 2001 mereka sudah digusur sekitar 30 kali. Mereka kembali lagi karena tak memiliki tempat tinggal lain baik di kota maupun di desa. Walau berkali-kali rumah mereka dibakar para petugas ‘Ketentraman dan Ketertiban’, mereka akan tetap kembali.
Klik di sini untuk melihat lokasi komunitas miskin ini di wikimapia.
09 April 2007
Apartemen dan Gubuk Reyot
Diposting oleh The Institute for Ecosoc Rights di 2:28 PM
Label: Kebijakan, Kemiskinan, Kota, pemerintah, Penggusuran
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment