01 August 2007

Apakah harus menahan diri saat ia harus pipis atau pup?

Sri Maryanti

Seorang teman tiba-tiba datang kepadaku. Ia menanyakan apakah aku punya pembalut wanita dengan daya tampung lebih? Rupanya ia salah membeli jenis pembalut.

Aku tak memiliki pembalut yang ia maksud. Lalu aku sarankan agar ia tetap memakai pembalut yang ia miliki. Kukatakan juga jika ingin aman harus rajin menggantinya sesering mungkin.

“Masalahnya saya tidak bisa bebas bergerak ke mana-mana di tempat kerja saya,” jawabnya membuatku terkesiap. Aku baru ingat bahwa ia bekerja sebagai kasir di area parkir di gedung sebuah kompleks stasiun televisi.

Baru terbayang di benakku sekarang betapa susahnya menjadi kasir di area parkir. Ia harus berjam-jam duduk di sebuah pos, mengamati setiap mobil yang datang dan mencatat nomor polisinya sebelum si pengendara memperoleh karcis. Sampai-sampai ia harus memakai jenis pembalut yang tahan lama sampai waktu istirahat datang.

Betapa tidak sehatnya cara kerja demikian. Walaupun ia sudah memakai pembalut berdaya serap lebih, menurut sebuah majalah perempuan yang pernah kubaca, setelah darah ha’id keluar selama empat jam, akan didapati kuman-kuman di dalamnya. Maka perempuan harus rajin-rajin mengganti pembalut saat ha’id. Ya Tuhan!

Seorang dokter yang kutanya mengenai hal ini juga mendukung pendapat majalah tersebut. Ia bilang bagian pribadi perempuan akan lembab saat haid karena cairan darah. Keadaan ini membuat bakteri di sekitar vagina mudah berkembang biak. Jadi disarankan agar perempuan yang sedang ha’id sering berganti pembalut. Frekuensi penggantiannya tergantung pada banyak sedikitnya cairan yang keluar.

Lantas, bagaimana nasib temanku yang bekerja di sektor jasa parkir itu? Apakah ia harus menahan diri saat ia harus pipis atau pup? Apalagi tempat kerjanya berada di sebuah basement gedung. Pasti tidak banyak terdapat kamar kecil di sana. Aku tak berani menanyakan hal itu karena takut ia tersinggung.**

No comments:

Post a Comment