01 February 2008

Apa Kami Mesti Menyebut Diri “Orang Kaya”?

Sri Maryanti

Aku tahu untuk urusan-urusan tertentu kadang rasa kekeluargaan masyarakat kita begitu kuat. Namun yang aku tidak mengerti, kenapa gara-gara salah seorang staf suatu departemen pemerintahan meninggal dunia bisa menyebabkan satu unit bagian departemen tersebut tidak berfungsi. Parahnya lagi, urusan yang menyangkut kepentingan banyak orang jadi terabaikan karenanya. Apakah mereka tidak memiliki sistem pembagian pekerjaan yang baik sehingga urusan melayat tidak sampai menjadikan kantor tidak beroperasi?

Begini ceritanya, suatu hari aku bersama teman-teman lain dari yang mewakili kelompok masyarakat miskin bersepakat dengan departemen dalam negeri republik ini untuk mengadakan pertemuan audiensi untuk membahas satu peraturan daerah yang menyangkut nasib orang banyak. Kami bersepuluh akhirnya datang pada hari yang ditentukan. Ini adalah audiensi kami yang kedua karena sebelumnya kami juga telah bertemu mereka.

Nah...bayangan kami pembicaraan di pertemuan ini akan lebih lancar karena sudah ada pembicaraan yang sama sebelumnya. Ternyata pihak Depdagri yang menemui kami tidak mengerti perkembangan topik yang hendak kami bicarakan. Mengapa demikian? Karena petugas yang menerima kami bukan orang yang seharusnya mengurusi urusan tersebut. Ia bekerja untuk bidang lain.

Lalu ke mana petugas yang seharusnya menemui kami? Ternyata salah satu staf di bidang di mana petugas itu menjabat ada yang meninggal sehingga tidak ada satu pun petugas di bagian itu yang bisa menemui kami. Akhirnya pertemuan tidak menghasilkan kesepakatan apa pun, karena petugas yang menemui kami tidak memiliki informasi atau kewenangan yang cukup atas masalah ini. Padahal kami sudah menyiapkan pertemuan ini melalui rapat bahkan seorang teman sampai rela lembur sampai jam tiga pagi untuk menyiapkan materi. Mereka hanya berjanji bahwa aspirasi kami akan ditampung. Kami kecewa. Mungkin wartawan yang meliput juga kecewa karena pertanyaannya tidak bisa memperoleh jawaban.

Kami jadi bertanya, kok bisa ya .. kematian salah satu staf pemerintah mengakibatkan kepentingan kelompok masyarakat miskin jadi terabaikan. Bukan kami tidak simpati dengan meninggalnya pegawai tersebut, namun seharusnya kalau mereka tidak siap dengan pertemuan hari itu kenapa tak memberitahu terlebih dahulu sehingga diundur. Dengan demikian kedatangan kami tak sia-sia. Apakah karena kami membawa-bawa nama kelompok orang miskin sehingga dianggap kurang penting dibanding kematian staf mereka? Atau apakah kami harus berganti nama dengan sebutan "Kelompok Orang Kaya" sehingga lebih dipertimbangkan? Kami sungguh tidak mengerti.

No comments:

Post a Comment